Selasa, 24 Desember 2013

Tuol Sleng Cambodia (Menyusuri sejarah kekejian manusia paling biadab)

Alhamdulillah saya berkesempatan mengunjungi museum Tuol Sleng Kamboja tanggal 26 Nopember 2013, catatan penting nya adalah keluar dari museum itu saya lemas, bergidik dan tak percaya ada manusia yang kejamnya luarbiasa sadis tak terkira.

Museum tersebut benar-benar saksi sejarah kelam bangsa kamboja masa lampau (tahun 1975 sd 1979), kata kata saja tidak bisa mewakili perasaan saya untuk mengungkapkan penderitaan mereka yang disiksa, tanpa terasa saat menulis ini air mata saya merebak, kembali saya bersyukur,  kita wajib bersyukur dengan tatanan kehidupan kita di tanah air kita sangat jauh  dibandingkan dengan saudara2 kita di kamboja saat lampau maupun saat ini.

Museum Tuol Sleng sebelumnya adalah sebuah sekolah menengah bernama Chao Ponhea Yat yang di rubah menjadi penjara. Semasa pemerintahan Lon Nol, nama sekolah diubah menjadi Tuol Svay Prey High School. Setelah kekuasaan di Kamboja jatuh ke tangan Pol Pot, pada tahun 1975 sekolah ini diubah menjadi sebuah penjara tempat interogasi dan penyiksaan tahanan yang dituduh sebagai musuh politik Khmer Merah.

 Pada masa itu, penjara ini merupakan penjara terbesar di Kamboja dengan tembok seng berlapis dan dilingkari kawat berduri yang padat. Penjara ini dikenal dengan sandi rahasia “S. 21″ (Security Office 21). Jika dari depan, bangunan museum ini (yang juga sebagai bangunan penjara) berbentuk huruf U dan memiliki empat gedung, gedung-gedung ini diberi nama A, B, C, D dan semuanya memiliki cerita kelam tentang kekejaman Pol Pot. bangunan di komplek tersebut diubah pada bulan Agustus 1975, empat bulan setelah  Khemer Merah memenangkan perang saudara, masing-masing gedung terdiri dari tiga lantai.

Dari tahun 1975 sampai 1979, diperkirakan "17.000 orang" dipenjarakan di Tuol Sleng (perkiraan lain menunjukkan angka setinggi 20.000, meskipun jumlah sebenarnya tidak diketahui). Setiap satu hari, 1.000-1.500 tahanan dibunuh dan disiksa. Mereka berulang kali disiksa dan dipaksa untuk menyebutkan anggota keluarga dan rekan dekat, yang nanti pada saat gilirannya ditangkap, disiksa dan dibunuh.

Apa sebenarnya yang menjadi tujuan Rezim Pol Pot dengan perlakuan yang maha keji tersebut. Penjelasan selanjutnya dari guide cantik mungil yang mendampingi kami sedikit menjawab pertanyaan. Pol pot ternyata ingin membentuk pemerintahan dari “nol”, dimana rakyat yang dipimpinnya dapat menerima nilai-nilai baru yang ingin ditanamkan tanpa banyak bertanya ataupun melawan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka siapapun yang dianggap berbahaya dan akan membahayakan kekuasaannya harus dibasmi, seperti diantaranya adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi, termasuk guru-guru, dosen dan professor, bahkan orang pakai kaca-mata pun di tangkap karena dianggap pintar, mereka yang duduk dalam pemerintahan sebelumnya,  juga mereka yang bisa berbahasa Inggris. Lebih gila lagi adalah yang diburu dan dibunuh tidak hanya individu dari masing-masing orang, tapi juga seluruh anggota keluarganya

Apa yang dilakukan oleh para penjaga penjara yang juga adalah serdadu Khmer Merah jauh di luar ambang waras pikiran manusia normal, brutal, keji dan biadab. Para serdadu penjaga penjara dan juga pengurus penjara ini berhasil dicuci otaknya untuk menyiksa dan membunuh tahanan dengan tanpa rasa bersalah dan penyesalan sedikitpun. Bahkan diantara para tahanan tersebut adalah orang tua dan saudara kandung mereka sendiri. 
Gerbang Museum Tuol Sleng
Peraturan2 untuk para tahanan

Di dalam lokasi gedung kita disambut semacam tugu kecil dan papan pengumuman
Bagian Luar dari Museum Genosida Tuol Sleng
yang berisikan aturan2 yang harus ditaati oleh tahanan Aturan ini berbunyi :
  1.  You must answer accordingly to my questions, don’t turn them away, (Anda harus menjawab sesuai pertanyaan saya. Jangan melawan.)
  2.  Don’t try to hide the facts by making pretexs this and that. You area stricly prohibited to contest me, (Jangan mencoba untuk menyembunyikan fakta dengan mencari alasan ini- itu. Anda dilarang keras untuk menantang saya)
  3. Don’t be a fool for you are chap who dare to thwart the revolution, (Jangan berpura-pura tidak tahu jika Anda ditanya mengenai seseorang yang berani menggagalkan revolusi)
  4. You must immediately answer my questions without wasting time to reflect, (Anda harus segera menjawab pertanyaan saya tanpa membuang-buang waktu)
  5. Don’t tell me either about your immoralities of the essence of the revolution, (Jangan memberitahu saya mengenai keburukan makna revolusi.)
  6. While getting lashes or electrification you must no cry at all,  (Meskipun mendapatkan cambukan atau disetrum listrik, Anda tidak boleh menangis sama sekali)
  7. Do Nothing, sit still and wait for my orders. If there is no order, keep quiet. When I ask you do to something, you must do it right away without protesting, (Jangan berbuat sesuatu, diamlah dan tunggu aba-aba saya. Jika tidak sedang diperintah, diamlah. Ketika saya meminta Anda untuk melakukan sesuatu, maka Anda harus melakukannya langsung tanpa memprotes)
  8. Don’t make pretexts about Kampuchea Krom in order to hide your jaw of traitor, (Jangan berkilah bahwa Anda adalah Kampuchea Krom (Bangsa Khmer) untuk menyembunyikan rahasia ataupun pengkhianatan Anda)
  9. If you don’t follow all the above rules, you shall get many many lashes of electric wire, (Jika Anda tidak mengikuti semua aturan di atas, Anda akan mendapatkan banyak cambukan kawat listrik)
  10. If you disobey and point of my regulations you shall get either ten lashes or five shocks of electric discharge (
    Jika Anda tidak mematuhi semua peraturan saya, Anda akan mendapatkan sepuluh kali cambukan atau lima kali disetrum listrik)
Saat guide memberi penjelasan saya tidak sabar untuk menyusuri gedung itu, saya beranjak sendiri melongok keruang kelas dibelakang kami, langsung saya melongo atau mungkin kaget karena dihadapkan langsung pada ruang penyiksaan, ruangan yang dibiarkan seadanya, tidak di dramatisir, ruangan yang kusam di cat seadanya. Perasaan seram mulai membayangi manakala memasuki ruangan di lantai satu Gedung A tersebut. Pada setiap ruangan ada tempat tidur besi lengkap dengan batangan dan kalung kaki besi serta satu buah kotak terbuat dari seng, kotak itu ternyata tempat peralatan untuk mencabut kuku. 

Sementara di dinding terpajang sebuah figura foto asli salah seorang korban yang disiksa di atas tempat tidur tersebut. Di atas tempat tidur inilah para tahanan dipukul dan disiksa dengan benda tumpul selain senjata api,



Pada ruangan berikutnya dipamerkan foto hitam putih para tahanan. Begitu banyak foto hitam putih yang terpajang dan tersusun rapi dalam bingkai kaca. Ekspresi wajah yang terdapat dalam foto-foto tersebut menggambarkan keputusasaan, ketakutan dan kepasrahan.

Inilah dokumentasi foto asli para tahanan yang ditemukan kemudian. Foto-foto ini dibuat oleh penjaga dan pengurus penjara saat proses interogasi atau setelah penyiksaan. Artinya pemotretan ini memang sudah disiapkan.

Bahkan setiap foto tahanan dilengkapi dengan penomoran. dari foto2 tersebut kita bisa lihat anak anak juga tidak sedikit yang ikut disiksa dan korban pembantaian keji Pol-pot

Foto para tahanan sebelum disiksa dan dibunuh
Menurut penjelasan guide, setelah dipotret para tahanan dibunuh secara keji tidak dengan peluru, melainkan dengan benda tumpul atau yang paling banyak dengan cara disembelih atau di tusuk dengan bayonet.

Entah setan apa yang merasuki serdadu penjaga penjara tersebut, yang pasti mereka lebih senang melihat tahanan disiksa pelan-pelan ketimbang langsung ditembak mati. Selain siksaan, dari sisi asupan makanan dan minuman ternyata tidak kalah sadisnya. Para tahanan diperlakukan sangat amat tidak manusiawi.  setiap hari mereka hanya mendapatkan semangkuk bubur nasi encer, kadang2 hanya 4 sendok nasi  dan sedikit air minum, air minum ini pun diberikan dengan cara langsung dituangkan ke dalam mulut mereka.

Gedung D, gedung terakhir dari keseluruhan bangunan museum. Di dalam gedung ini masih tersimpan beberapa alat dan sarana penyiksaan yang digunakan oleh algojo-algojo penjara dan juga serangkaian lukisan tangan yang menggambarkan wujud penyiksaan untuk masing-masing peralatan penyiksaan yang pamerkan.

Di bagian ruangan berikutnya ada lukisan yang menggambarkan seorang tahanan perempuan yang ditelanjangi dan diikat seluruh tangan dan kakinya dan kemudian (maaf) dipotong puting payudaranya dengan mempergunakan alat penyatut, lalu dibagian dadanya dilepas kalajengking dan dibiarkan mengigit si perempuan malang tersebut sampai mati, saya merinding .. sungguh biadab, 

Cerita lainnya, tahanan juga di kuliti hidup2 atau di rendam dalam bak yang dialiri listrik.  Ibu hamil yang coba-coba melawan akan diikat di tiang dan perutnya dibelah untuk mengeluarkan bayinya. (sangat biadab dan tidak berprikemanusiaan) Bayi-bayi merah itu akan digantung di sebuah pintu menghadap ke luar dan baru diturunkan jika sudah mengering Oh Tuhan...

Satu per satu ruangan saya jelajahi. disalah satu ruangan  kita dapat melihat langsung wujud kursi bor batok kepala, meskipun sudah usang, kursi penyiksaan itu masih tersimpan rapi di lemari kaca.
Wanita dalam foto ini istri salah seorang bekas menteri rejim Khmer Merah yang oleh Pol Pot dianggap telah mengkhianatinya, disiksa sampai mati dengan cara dibor kepalanya sambil memeluk anaknya

Pohon tempat bayi2 dibunuh


Kawat yg dipasang untuk mencegah tahanan bunuh diri

Kisah lainnya adalah bayi-bayi atau anak2 yang tak berdosa di bunuh dengan cara mengerikan dilukiskan dengan jelas bagimana nasib bayi tersebut, bayi itu oleh penjaga di lempar ke atas dan saat tubuh bayi itu melayang turun, tubuh lembut bayi itu disambut dengan tusukan bayonet yang merobek-robek tubuh mungilnya. 
Pada lukisan lain menggambarkan seorang bayi mungil dibunuh dengan di pegang kakinya kemudian tubuhnya dihantamkan ke batang kayu sampai hancur, .. huff maaf mungkin tulisan saya terlalu vulgar tapi memang begitulah kisah aslinya, terlihat juga tumpukan mayat bayi dan anak kecil yang bersimbah darah dan dijejer seperti ikan, tampak terlihat bagaimana para penjaga dengan tangan dingin mereka melempar dan mengatur jejeran mayat tersebut.

Saya merasa tidak cukup kata dan tulisan untuk menggambarkan kekejaman rezim Khemer merah dan kisah kelam rakyat kamboja dimasa itu, kisah ini hanya sebagian kecil yang dapat saya tulis di blog ini. Sungguh, sampai saat saya menulis tentang perjalanan ke museum ini yang saya lihat dengan mata kepala ini, tulang saya masih gemetar.., Wallahu'alam..

Tulisan dan photo juga berasal dari sumber2 lain.

Teriknya cuaca di Sungai Ton Lesap PhnomPenh
Aku dan Han