Dalam gelap kamarku, aku sesegukan menangis, aku hancur, tak berguna, malu bercampur aduk, kenapa begitu berat untuk ikhlas, kenapa aku tidak bisa seperti orang lain, aku menyalahi diri sendiri karena selama ini aku mencintai suami ku dengan segenap jiwa dan ragaku, semua yg ada didiriku ku persembahkan hanya untuk suamiku
Aku terlalu mencintainya, sampai saat ini walaupun aku dihancurkan sedemikian rupa aku tidak bisa membenci nya aku masih mengagumi dan masih merasa aku adalah kekasih hati satu2 nya.
Tulangku tak berguna menegakkan tubuhku yg lemas dan lemah, hatiku yg kadang keras sekarang menyedihkan, tidak bisa menopang bathinku yg sudah menjadi serpihan, aku lemah, aku rapuh aku tersingkir dan terkikis.
Aku tersungkur limbung dan perih, tidak ada sakit yang sesakit ini, tidak ada duka yang seduka ini, kekecewaanku sangat luar biasa, tidak satupun yg mungkin bisa menolongku, aku hanya perlu tangan kokoh suamiku utk memelukku, hanya suamiku yang milikku satu-satunya itu yang mampu membuatku semangat menapaki hari-hari yg membuatku menjadi wanita yang paling bahagia.
Satu bulan sudah aku dimadu, suamiku baru saja berangkat ke rumah istrinya dengan berseri seri, aku kerahkan dengan sekuat tenaga urat-urat senyumku untuk tersenyum manis melepas suamiku. Ya Rabb terimakasih telah memberi kekuatan untuk aku malam ini untuk tidak menagis melepasnya, yang sering membuat suamiku bingung dan serba salah.
Aku menyerah pada nasib dan menghadapi kenyataan kalau aku harus mengikhlaskan suami tercintaku untuk menikah lagi, menikah dengan seorang wanita yang cantik dan memang terlihat baik, yang usianya 10 tahun lebih muda dari kami --kekalahanku sungguh telak-- aku terpaksa membiarkan hidupku terkoyak karena kesalahanku sebagai wanita yg tidak sempurna, karena takdirku yang tidak bisa memberi anak dan keturunan pada suamiku.
Benar sekali bahwa dimadu itu sangat menyakitkan bagi wanita, sehingga Allah SWT menjanjikan pahala dan pengorbanan mereka disetarakan dengan mati syahid. Sebagai wanita muslim aku korbankan perasaan dan semua keegoisanku untuk kebahagiaan suami ku.
Aku berusaha tegar dihadapan suamiku, istrinya sedang hamil, jadi bawaannya sangat manja dan merepotkan suamiku, kalau suami ku baru sampai dirumah kami, belum dua jam sudah ditelepon, bilang sakit, atau harus pulang beli macam-macam karena ngidam, akhirnya aku memberi saran pada suamiku, rawat istrimu baik-baik karena dia sedang mengandung anakmu, sebulan sekali kesini tidak apa-apa kataku, suami sangat berterimakasih atas pengertianku, dan buru2 pergi.
Oh dikira aku tenang2 saja??, tidak..!!, aku selalu terpukul dan nyeri yang amat sangat setiap melepas suamiku, tidak berkurang sedikitpun penderitaan ku, kecemburuanku sangat hebat, hanya karena aku selalu berdoa minta kekuatan makanya didepan suami aku terlihat enteng dan tenang, obat mujarabku yang ampuh adalah setiap dia pergi aku berwudhuk sholat berdoa dan selalu bersyukur, bersyukur karena aku bisa bertahan, bisa membahagiakan suami, bersyukur atas semua pemberian Nya.
Bulan Juli ini aku berulang tahun, yang ke 42, enam bulan sudah aku dimadu, ulangtahunku dua hari lagi, dan aku sudah menyewa cottage indah ini untuk merayakannya sendiri. Sebelumnya setiap kami ulang tahun selalu ke tempat ini, sekarang biarlah sendirian, aku tidak berharap lagi, aku tidak punya harapan lagi bisa berduaan bermanjaan dan bercinta sehari suntuk dengan suamiku ditempat ini.
Dimalam ulang tahunku yg biasanya selalu menjadi hari yang spesial buatku kembali airmataku tumpah, aku tidak mengharapkan ucapan selamat ultah dari belahan jiwaku lagi, dan aku sadar dia kerepotan mengurus bininya yang manja dan sedang perlu perhatian suami, jadi biarlah aku menenangkan diri disini.
Dan memang menjelang aku siap-siap untuk balik pulang tidak ada telepon bahkan secuil sms ucapan selamat ultah untukku, sudahlah memang resiko istri tua, yang sudah tidak menarik lagi, mandul dan tidak berguna.
Aku heran kenapa tidak berkurang sedikitpun penderitaanku, kenapa ikhlas itu tidak juga datang padaku, tersayat dan sangat sedih sekali mengingat suamiku bermesraan dengan bini mudanya, selalu tidak bisa terima, aku tidak terima belahan jiwaku memeluk wanita lain, sangat lemah diriku ini, aku mengutuki diriku habis2an, oh alam.., ajari aku bagaimana melepas penderitaan ku ini,. jangan salahkan aku kalau aku hanya ingin kamu milikku saja
Sudah dua hari ini aku berfikir untuk mengalah dari perjuangan ini, aku ingin melepaskan diri dari perkawinan megahku, aku merasa kemegahan ini bukan untukku lagi, aku tidak bisa menikmatinya, aku menderita ditengah kemegahanku, yang selalu aku agung-agungkan, aku tidak mampu lagi, barangkali dengan melepaskan diri dari suamiku dan kalau dia bukan bagian dariku akan bisa membantu diriku untuk mengurangi penderitaan ini, aku sangat lemah, aku tidak mampu seperti istri2 Rasululullah SAW, aku tidak berguna, aku kalah, sebentar lagi mereka akan punya anak, tentu tidak akan merubah apa2 kalau aku menyingkir dari mereka, biarlah mereka bahagia , bahagialah dengan suamiku, dan aku selalu dan takkan berhenti berdoa untuk kebahagian suami tercintaku.
Maafkan aku sayangku, aku melepasmu karena cintaku padamu tak berujung, aku akan belajar mengabaikan mu,
Aku berharap Allah SWT mengampuni dosa ku ini,
camar bukan karang yang kokoh,
camar bukan sang elang yang bak baja
camar akan melayang menjauh pamit pada lautan
membawa kenangan yang sarat dengan cinta yang tajam
secuil hati camar makin tergores melihat jejaknya terpaksa dikikis
camar ingin memiliki seutuhnya lautan biru yang luas beserta cakrawala jingga
camar menyerah, camar hanya bisa bertahan dalam puri yang ditinggal sang elang.