Pengalaman saat bertugas di Jeddah Saudi Arabia selama 76 hari sebagai PPIH (Petugas Penyelenggara Ibadah Haji) Indonesia tahun 1432 H/ 2011 M sampai saat ini masih sangat berkesan dan tak terlupakan. banyak cerita dan kisah yang hadir silih berganti, pasti ada cerita suka dan ceria, tapi tidak sedikit cerita duka yang menggerus hati, semua ada hikmahnya , pasti ada alasan yang bagus dibalik setiap kejadian, pasti ada hikmah dibalik duka.
Saat itu saya dapat tugas di Daker (Daerah kerja) Jeddah sebagai pelaksana keuangan, kantor saya berada dilantai II di Bandara KAAIA Jeddah, tugas saya di Daker adalah mendata kloter yang mendarat dan mencatat jumlah jemaah, asal embarkasi , mencatat kloter yang sudah diberangkatkan ke Madinah dll (jauh dari urusan keuangan wkwkwk), yah seperti tugas sehari hari dikantor di Jakarta, teman teman di daker berjumlah 10 orang sepertinya sudah kebanyakan penuh sesak tuh kantor, sementara teman sekamar saya ada 2 org lagi yaitu bu Widi dan bu Farah tugasnya di lapangan berbaur dengan jemaah, benar benar nelangsa rasanya jauh dari soulmate. setelah seminggu bolak balik dari hotel ke bandara, lama lama timbul rasa jenuh dan masa sih jauh jauh ke Saudi kerja kantor lagi, dihadapan komputer lagi...
Akhirnya saya minta ijin untuk tugas dilapangan berbaur dengan jemaah, karena kumpul lagi dengan teman sehati hidup terasa bergairah, assyiiik inilah tugas yang tepat buat saya, kegiatan saya menjemput jemaah setelah turun pesawat lalu mengantarnya ke ruang tunggu, mengantar jemaah yang tua tua ke toilet, memberi informasi fasilitas bandara seperti kamar mandi, cara menggunakan kran air, mushollah, arah kiblat, bank dll, ada yang minta antar beli pulsa atau cari makanan, kadang kadang bantu motret jemaah yang narsis hehe, lebih sering nguber jemaah yang nyasar ke kloter lain, yang paling saya nikmati adalah 'mengasuh' jemaah yang tua dan tidak didampingi keluarga, tidak berdaya dan terkesan terlantar Nauzubillah...(kesempatan bagus untuk melampiaskan rindu pada mama yang sudah disisi Nya dengan membantu mereka)
Calon jemaah haji setelah mendarat di KAAIA diistirahatkan sekitar 2 jam , mereka diberi makan dan istirahat sebelum diberangkatkan ke Madinah atau ke Mekah, saya mulai cari jemaah wanita yang perlu bantuan saya, dan itu sangat banyak, dalam satu kloter yang berjumlah lebih kurang 400 orang ada beberapa orang yang manula, tidak didampingi keluarga, tidak bisa jalan (pakai kiursi roda), banyak yang sakit, bahkan ada yang pikun, memang sangat memprihatinkan membuat hati saya iba dan trenyuh, tidak bisa disesali karena panggilan untuk ketanah suci saat usia mereka sudah menua.
Hari itu saya melihat seorang ibu berusia kira2 65 tahun, duduk di kursi roda , badannya gemuk, hanya duduk diam dikursinya, padahal yang lain sedang santap makan siang, saya hampiri dan tanya ..ibu sudah makan? dia jawab tidak selera makan, ibu mau ke toilet? dia jawab mau pipis tapi ga bisa jalan, baiklah saya akan urus ibu ini, beliau tdk didampingi keluarga, bisa dimaklumi jemaah yang lain tidak bisa diharapkan untuk membantu, karena sibuk dengan urusan mereka sendiri.
Kloter ibu ini akan menuju mekkah sekaligus umrah jadi harus mandi, berpakaian ihram dan sholat sunnat ihram, setelah saya ambil pakaian dan perlengkapan lainnya saya dorong ibu ini ke toilet, waduh ! kamar mandi penuh.., bahkan antriannya panjang, tidak mungkin untuk antri , saya ingat ruang tunggu jemaah haji dari Pakistan sedang sepi, saya minta ijin dan minta antar dengan petugas bandara wanita seorang arab ke toilet pakistan, walaupun disitu rame tp tidak seramai toilet jemaah Indonesia, akhirnya ibu ini bisa mandi dan berpakaian ihram, saya sampai basah oleh keringat saat memandikan, karena beliau tidak bisa berdiri karena asam uratnya kambuh, jadi harus diangkat, memakaikan pempers nya bener2 menguras tenaga, duh bagaimana nanti melaksanakan ritual haji ya.., tapi Allah SWT maha mengetahui keadaan umatnya, serahkan ke Allah saja urusan ini.., setelah mandi kami kembali keruang tunggu, beliau sholat sunat ihram dan setelah itu saya suapin makan.
Saatnya persiapan naik bus menuju Mekah, tiba2 ibu ini menangis memeluk saya, dia tidak mau berangkat, dia mau balik ke Medan saja karena merasa tidak sanggup melaksanakan ibadah karena keadaan fisiknya, dia menangis meraung tidak mau melepas saya, dan katanya dia mau naik bis kalau saya ikut menemani dia ke Mekah, petugas yang lain ikut kewalahan, sementara petugas Arab tidak peduli, mereka teriak2 menyuruh segera naik ke bus, menyuruh untuk mengangkat ibu itu ke bis, jadilah saat ibu ini digendong ke bis terjadi tarik2an, baju dan kerudung saya tidak dilepas sementara beliau sdh diangkat oleh 3 orang ke bis, hati saya ngilu kasihan sekali, saya jadi ikut menangis tapi tidak bisa apa2..
Perasaan ini mempengaruhi saya sepanjang hari itu, saya kerja sampai jam 3 dini hari dengan perasaan sedih, pikiran saya selalu ke ibu itu, bagaimana dia di mekah, bagaimana nanti di penginapan, bagaimana makannya.. jangankan untuk melaksanakan ritual haji, untuk ke toilet saja beliau harus dibantu, tapi sudahlah, saya mengibur diri dengan berdoa semoga semua baik2 saja, oiya bukankah ada petugas PPIH dan TKHI ada teman2nya dan tidak mungkin diterlantarkan.. , disana tanah haram , tanah suci, disana setiap doa yang sungguh sungguh akan dikabulkan, Allah sangat dekat dengan umatnya yang tak berdaya.
Bagaimana kabarmu ibu? semoga menjadi Haji yang mabrur.., semoga sehat dan bahagia sepanjang umur mu, Aamiin ya Rabb, sayang sekali saya tidak berkenalan lebih jauh dengan beliau sehingga saya tidak bisa melacak keadaan beliau.
Wallahu'alam bissawab
Suasana Ruang Tunggu Bandara KAAIA